Bantul - Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta (Unjaya) sukses melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat bertema “Peningkatan Emotional Awareness Melalui Pengenalan Emosi Menggunakan Media Digital pada Siswa Disabilitas di SLB Bangun Putra Kasihan”, pada Selasa (1/10/2024) hingga Kamis (3/10/2024).
Kegiatan yang berlangsung di sekolah mitra yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB) Bangun Putra di Jalan Bibis, Ngentak, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini merupakan bagian dari hibah Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Diktiristek), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun anggaran 2024, yang melibatkan kolaborasi antara ilmu psikologi dan sistem informasi dari Unjaya.
Program ini dipimpin oleh Hesty Yuliasari, S.Psi., M.Psi., Psikolog; Putri Pusvitasari, S.Psi., M.Psi., Psikolog; dan Ulfi Saidata Aesyi, S.Kom., M.Cs, dengan dukungan mitra dari SLB Bangun Putra Kasihan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran emosi pada siswa disabilitas melalui pengenalan emosi berbasis digital yang diharapkan mampu meningkatkan kesadaran emosi pada anak disabilitas.
Selain siswa, program ini juga menyasar guru dan orang tua untuk membangun pemahaman yang lebih baik dalam mendampingi anak-anak disabilitas. Para guru mendapatkan pelatihan manajemen stres, sementara orang tua mendapat psikoedukasi bertema “Menjadi Sahabat Emosi: Peran Orang Tua dalam Mengasuh Anak Disabilitas.” Program ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran emosional guru dan orang tua dalam mendampingi siswa dan anak difabel.
Hesty Yuliasari menuturkan, rangkaian kegiatan ini memberikan manfaat nyata bagi para peserta. Bagi siswa, edukasi pengenalan emosi menggunakan media digital membantu mereka mengenal dan mengelola emosi. "Serta memahami reaksi sosial, yang berguna dalam interaksi sehari-hari, " ujarnya.
Baca juga:
Dr HaCe, Anda Humoris atau Honoris?
|
Selain itu, sekolah dan guru memperoleh alat bantu digital untuk mendukung pengelolaan emosi siswa. Guru diharapkan bisa meningkatkan pengelolaan diri melalui manajemen stress sehingga ketika menghadapi siswa disabilitas yang membutuhkan pendampingan terutama saat emosi siswa tidak stabil, mereka mampu mengatasinya.
Baca juga:
Kaidah Penulisan Profil Tokoh Publik
|
Sementara orang tua melalui psikoedukasi dapat lebih memahami dan mendukung anak-anaknya melalui peningkatan emosional awareness yang sangat membantu dalam menerapkan pola pengasuhan yang sehat. "Sekaligus meningkatkan pemahaman dan pengelolaan diri dalam menghadapi anak difabel, " tambahnya.
Kolaborasi antara dosen, mahasiswa, dan peserta yang antusias mendukung keberhasilan kegiatan ini. Tim berharap bahwa inisiatif ini dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat dan praktisi keilmuan lain untuk semakin peduli dan berbagi ilmu, khususnya untuk mendukung kesejahteraan psikologis anak-anak disabilitas.
Baca juga:
Hendri Kampai: Apa Itu Jurnalis Profesional
|
Melalui pendekatan berbasis digital, diharapkan upaya peningkatan kesadaran emosi bagi anak disabilitas ini dapat berkelanjutan dan membawa dampak positif bagi siswa, orang tua dan guru di SLB Bangun Putra Kasihan.